Unicorn, Decacorn, Hectocorn
Unicorn adalah perusahaan rintisan (Start up) dengan nilai valuasi 1 miliar dolar AS. Sampai Januari 2019, ada lebih dari 300 perusahaan di dunia yang dapat disebut unicorn. Unicorn yang kemudian mencapai valuasi lebih dari 10 miliar dolar AS disebut decacorn. Sedangkan decacorn yang menanjak lebih dari 100 miliar dolar AS disebut hectocorn.
sumber ilustrasi: www. onentrepreneur.com
Unicorn memanfaatkan teknologi untuk tumbuh secara eksponensial. YouTube misalnya, semula didanai oleh kartu kredit pribadi Chad Hurley. Kurang dari 18 bulan kemudian, platform berbagi video ini dibeli Google dengan nilai mencapai 1,4 miliar dolar AS. Groupon, situs yang memberikan informasi mengenai diskon, menjulang dengan nilai 6 miliar dolar AS dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun sejak kelahirannya. Sedangkan Uber, perusahaan transportasi on-demand telah memiliki nilai 17 miliar dolar AS atau 10 kali lipat dari nilainya sejak 2 tahun sebelumnya. Contoh-contoh ini menunjukkan organisasi jenis baru yang mengalami skalabilitas dan memiliki valuasi dalam tingkat kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Perusahaan rintisan yang kemudian menjadi unicorn merupakan organisasi eksponensial.
Dalam catatan Salim Ismail (2014), salah satu dampak dari organisasi eksponensial (ExO) adalah ukuran pertumbuhan yang tidak proporsional, sekurang-kurangnya 10 kali lipat lebih besar, dibandingkan dengan organisasi lain yang sejenis. Organisasi ini merupakan organisasi baru yang mengalami percepatan karena pemanfaatan teknologi. Berbeda dengan organisasi pada umumnya, ExO tidak bertumpu pada jumlah orang (pekerja/karyawan), atau pabrik berskala besar. Organisasi eksponensial bertumpu pada teknologi informasi yang mengubah hal-hal yang bersifat fisik menjadi digital di dunia berbasis permintaan. Gagasan tentang “eksponensial” berawal dari Moore’s Law yang menyatakan bahwa nilai atau kinerja komputasi akan mengalami pertumbuhan berlipat ganda setiap 18 bulan sekali. Misalnya, sejak 1971, papan sirkuit hanya menampung 200 chip. Bandingkan dengan saat ini di mana papan sirkuit telah menampung chip dengan ukuran teraflops (1012).
Terkait Moore’s Law, futuris Ray Kurzweil melakukan beberapa observasi. Pertama, pola pelipatgandaan yang diidentifikasi oleh Gordon Moore terhadap integrasi sirkuit diaplikasikan ke dalam teknologi informasi yang kemudian dikenal dengan Law of Accelerating Returns (LOAR). Kedua, pendorong dari gejala tersebut adalah informasi. Ketika satu domain baik itu disiplin, teknologi, atau industri, dapat diubah ke dan digerakkan oleh aliran informasi, maka nilai atau kinerja akan mulai berlipat ganda setiap tahun. Ketiga, pola pelipatgandaan tersebut tidak akan berhenti saat dimulai. Komputer yang hari ini dirancang untuk bekerja lebih cepat akan menjadi semakin cepat. Keempat, teknologi utama yang ada saat ini seperti kecerdasan buatan (AI), robotik, bioteknologi, bioinformatika, medis, neurosains, data sains, printer 3D, teknologi nano, adalah transformasi bentuk informasi yang mengikuti lintasan yang sama.
Aileen Lee, pendiri Cowboy Ventures yang mengkhususkan diri pada pendanaan tahap awal (seed stage), adalah sosok yang sering dihubungkan dengan kemunculan terma unicorn. Tulisan Lee berjudul Welcome to The Unicorn Club: Learning from Billion-Dollar Startups, memberikan wawasan awal dan mempengaruhi beragam ulasan dan penelitian tentang unicorn. Menurut Lee, modal ventura mendukung perusahaan unicorn karena sejalan dengan kepentingan dan model bisnis perusahaan investasi tersebut. Misalnya, pengembalian modal awal sebesar 400 juta dolar AS berasal dari kepemilikan sebesar 20% untuk 2 perusahaan yang masing-masing memiliki valuasi 1 miliar dolar AS, atau 20% dari perusahaan bernilai 2 miliar dolar AS saat perusahaan tersebut diakuisisi atau go public. Tim Cowboy Ventures membangun basis data mengenai perusahaan teknologi bernilai 1 miliar dolar AS yang berbasis di Amerika Serikat sejak Januari 2003. Data tersebut berasal dari sumber yang tersedia untuk umum seperti CrunchBase, LinkedIn, dan Wikipedia. Ada 39 perusahaan yang tergabung dalam daftar Unicorn Club ini dan menerima pendanaan baik dari pasar publik maupun swasta. Jumlah ini hanyalah 0.07% dari jumlah keseluruhan perusahaan rintisan.
Dalam satu dekade terakhir, rata-rata lahir 4 unicorn per tahun. Facebook adalah salah satunya dan berhasil menjadi super unicorn dengan valuasi sebesar lebih dari 100 miliar dolar AS. Berbeda dengan anggapan umum, pendiri unicorn jarang yang masih berusia 20-an tahun dan belum berpengalaman, sebaliknya co-founder unicorn rata-rata berusia 30-an tahun, memiliki pendidikan tinggi, dan memiliki sejarah membangun perusahaan bersama-sama. Unicorn ini juga jarang sekali melakukan pivot atau bergeser dari rancangan pengembangan awal. Rumah unicorn kebanyakan berada di San Francisco.
Tidak mudah bagi perusahaan rintisan menjadi unicorn. Menurut asosiasi modal ventura nasional AS (National Venture Capital Association–NVCA), lebih dari 16 ribu perusahaan yang terkait dengan internet telah didanai sejak 2003. Mattermark, platform yang menyediakan data mengenai perusahaan rintisan potensial bagi modal ventura, menambahkan bahwa ada 12.291 perusahaan yang mendapatkan suntikan dana dalam 2 tahun terakhir. Selain itu CVR menyebutkan angka 10 sampai 15 ribu untuk jumlah perusahaan perangkat lunak per tahun. Dalam satu dekade terakhir, terdapat 60 ribu perusahaan perangkat lunak dan internet yang mendapatkan dana. Dari jumlah ini, hanya 0.07% yang berhasil menjadi unicorn. Rasio keberhasilan perusahaan rintisan menjadi unicorn adalah 1 dari setiap 1.538.
Tiap gelombang teknologi melahirkan satu atau lebih super unicorn. Facebook adalah super unicorn dekade ini dan menyumbang hampir separuh dari nilai agregat perusahaan unicorn dalam daftar yang secara total memiliki nilai 260 miliar dolar AS. Perusahaan teknologi super unicorn keluaran dekade 90-an adalah Google yang saat ini memiliki valuasi hampir 3 kali Facebook, dan Amazon dengan valuasi 160 miliar dolar AS. Super unicorn era 80-an adalah Cisco. Sementara di era 70–an muncul Apple, Oracle, Microsoft, dan pelopor super unicorn di era 60-an adalah Intel. Masing-masing super unicorn mewakili perkembangan sesuai dengan eranya. Periode 60-an merupakan era semikonduktor. Tahun 70-an merupakan masa kelahiran komputer pribadi (personal computer). Sementara tahun 80-an adalah dunia jaringan baru; era 90-an merupakan masa awal internet modern; dan pada periode 2000–an jejaring sosial dibangun. Setiap gelombang besar inovasi teknologi telah memunculkan satu atau lebih super unicorn.
*Diikhtisarkan dari pembahasan tentang Skalabilitas dan Valuasi Modal Perusahaan Rintisan dalam buku Ekosistem Inovasi dan Kewirausahaan Rintisan (2020), karya M Rahmat Yananda dan Ummi Salamah. Pembaca yang berminat membaca buku tersebut, dapat memesannya di sini:
https://tokopedia.link/lW52tQJgLcb
Comments
Post a Comment